Muhammad Sulaiman

1B115099


Nama Steve Jobs tentunya sudah sangat familiar di telinga, beliau adalah otak dibalik suksesnya produk Apple seperti iPod, Macbook dan iPhone. Steve Jobs sebagai pendiri Apple telah melahirkan gelombang pengikut yang cukup besar. 

Membahas Steve Jobs, penulis mencoba untuk menghubungkan keterkaitan sosok Steve Jobs dengan materi pembelajaran Ilmu Budaya Dasar. Antara Manusia dan Kebudayaan”.

A. Manusia
Manusia di alam dunia memegang peranan yang unik dan dapat dipandang dari banyak segi. Steve Jobs adalah salah satu orang yang memegang peranan penting terhadap perkembangan zaman diera digital, hal ini dapat terlihat dari Apple, pelopor pergeseran walkman  oleh iPod, penjualan musik fisik (cd/kaset) menjadi iTunes (digital), pelopor laptop tipis Macbook Air, Trend iPhone dengan layar multi touch dan komputer tablet iPad.

Manusia dapat dipandang dari banyak sudut keilmuan, diantaranya seperti makhluk biologis, makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk politik, makhluk budaya dan lain-lain.

Jobs sebagai makhluk ekonomi, beliau bekerja sebagai seorang CEO di perusahaan yang dibangunnya, Apple Inc. Sebagai makhluk sosial, tentu saja Jobs tidak dapat berdiri sendiri,  Jobs tidak akan mungkin sukses tanpa kerabat dan karyawannya, istri serta keempat anaknya.


B. Hakekat Manusia

a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Steve Jobs adalah seorang manusia biasa, Jasad Jobs kini berbaring di pemakaman Alta Mesa Memorial Park. Tubuh Steve Jobs tidak abadi karna pada hakikatnya tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa berwujud konkrit namun tidak abadi. Berbeda dengan tubuh, Jiwa pada diri Jobs, sesosok perfeksionis yang dapat membuat inovasi dapat kita kenang dan dapat kita pelajari .


b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibanding dengan makhluk lainnya.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya. Kesempumaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. 

Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi, Steve Jobs mampu membuat inovasi di bidang teknologi, teknologi yang sudah ada dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

Dari penjelasan diatas kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat dipandang dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan. Tetapi siapakah manusia itu sebenamya? dengan berdasar pada uraian di atas tentu kita akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut, oleh karena itu kita kan mencoba menerangkan siapa manusia itu dari unsur-unsur yang membangun manusia. 

Perasaan luhur yang terdapat pada diri Steve Jobs adalah :

  1. Perasaan Intelektual : Perasaan ini terdapat dalam diri Jobs, Setelah lulus SMA Jobs mendaftar di Reed College di Portland, Ore pada 1972, namun untuk membiayai kuliahnya orang tua jobs menghabiskan seluruh tabungan yang seharusnya digunakan untuk masa tua. Setelah perkuliahan berjalan enam bulan, Steve Jobs bingung dengan tujuan hidupnya dan tak tahu akan menjadi apa dengan kuliah itu, “Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya”, begitulah alasan Steve Jobs. Selain itu ia juga merasa bersalah karena gara-gara ia memilih universitas yang mahal, ia malah menghabiskan uang orang tua angkatnya. Begitu ia memutuskan DO, ia langsung berhenti mengikuti kuliah wajib. Ia tidak langsung meninggalkan kelas perkuliahan namun ia hanya memilih untuk mengikuti mata kuliah yang disenanginya salah satunya adalah kelas kaligrafi. 
  2. Perasaan Estetis : Yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan, Jobs merasa senang apabila ia melihat atau mendengar sesuatu yang indah, dan akan kesal apabila tidak indah, hal ini terlihat ketika Jobs mendesain iPhone. Dalam kebanyakan proyek besarnya, seperti Toy Story dan Apple Store, Jobs menekan tombol pause saat proyek tersebut hampir selesai dan memutuskan membuat revisi besar. Hal itu juga terjadi pada desain iPhone. Desain awalnya adalah layar kaca yang dipasang pada casing aluminium. Pada suatu Senin pagi, Jobs datang menemui Ive. "Saya tidak tidur tadi malam," katanya, "karena saya menyadari saya tidak begitu menyukainya." kemudian hasil kerja tim desain selama sembilan bulan tersebut direvisi total untuk mendapatkan desain yang lebih minimalis.
  3. Perasaan Sosial : perasaan ini terdapat dalam diri Jobs, walaupun pernah dituduh pelit, padahal anggapan itu sama sekali tak benar. Bersama istrinya, Laurene Powell Jobs, ia menyumbangkan jutaan dolar untuk kegiatan melawan AIDS. Secara diam-diam, tanpa ada orang yang tahu. 
  4. Perasaan Religius : Jobs memiliki perasaan religius, Pada musim gugur 1974, Jobs kembali ke California dan mulai menghadiri petemuan Homebrew Computer Club bersama Wozniak. Ia mengambil pekerjaan sebagai teknisi di Atari, sebuah perusahaan pembuat berbagai permainan video populer, dengan tujuan utama menabung uang untuk melakukan perjalanan spiritual ke India.




c. Makhluk biokultural, makhluk hayati yang budayawi

Steve Jobs sebagai makhluk hayati berarti sama seperti kebanyakan manusia pada umumnya tidak ada yang berbeda. Jadi untuk mempelajari Jobs sebagai makhluk hayatai dari segi anatomi, fisiologi, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika dan sebagainya tidak perlu sampai jauh dilakukan. Sebaliknya, sebagai makhluk budayawi Steve Jobs ada banyak hal yang dipetik dan dipelajari melalui keteladanannya menjalankan bisnis dan ide-idenya yang tertuang dalam presentasi, publik speech dan biografinya.

Sumber:


1. Steve Jobs : Manusia dan Cinta Kasih
Ketika mengenang sosok Steve Jobs, yang terbesit dibenak saya adalah, beliau seseorang yang dengan semangat membara mewujudkan mimpinya membangun perusahaan (Apple Inc), dan mengubah dunia menjadi lebih baik.

Apple bisa saja menjadi perusahaan teknologi paling berharga sedunia versi Forbes, namun bagaimana dengan sisi kemanusiaannya, kehidupan keluarganya, dan cinta dan kasih terhadap sesama? Sering terdengar bahwa Jobs adalah pribadi yang kejam dan pelit beramal, apakah itu benar?

Sebelum menelik lebih mendalam tentang sosoknya, saya berniat untuk mempertajam pengetahuan tentang makna dari cinta dan kasih.

A. Pengertian Cinta Kasih
Terdapat perbedaan yang mendasar antara cinta dan kasih. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih sesuatu yang bersumber dari cinta yang mendalam.

Cinta adalah dasar penting dalah kehidupan, karena cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Cinta juga bukan sekedar hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga antara manusia dengan Tuhan, rasa cinta terhadap sang pencipta dapat dilakukan dengan menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Yang dapat kita simpulkan dari pengertian cinta kasih diatas dengan sosok Steve Jobs adalah, Steve Jobs pernah merasakan indahnya cinta kasih baik itu kepada istri dan anaknya, keluarganya, sahabat, teman dan rekan kerja.

B. Cinta Menurut Ajaran Agama
Didalam kehidupan, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencitai dirinya sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, hartanya, hingga Tuhannya. Demikian pula seorang Steve Jobs yang sudah kodratnya sebagai manusia memiliki cinta.

Cinta diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan diri. Hal ini tercermin dari pengalaman hidup Steve Jobs, padaTahun 1972, Jobs lulus dari sekolah menengah atas dan kemudian melanjutkan kuliah di Reed College di Portland, Oregon. Meski ia keluar setelah satu semester, ia tetap masuk ke kampus untuk mengikuti kelas kaligrafi, dengan tidur di lantai kamar temannya, mengembalikan botol-botol Coke, hal ini dilakukannya demi tetap hidup, demi mendapatkan uang, dan mendapatkan makanan gratis mingguan di wihara Hare Krishna setempat. Jobs kemudian berkata, "Jika aku tidak menghadiri kuliah tunggal di perguruan tinggi itu, maka Mac tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar."

Pada musim gugur 1974, Jobs kembali ke California dan mulai menghadiri petemuan Homebrew Computer Club bersama Wozniak. Ia mengambil pekerjaan sebagai teknisi di Atari, sebuah perusahaan pembuat berbagai permainan video populer, dengan tujuan utama menabung uang untuk melakukan perjalanan spiritual ke India.

Cinta kepada sesama manusia
Citnta kepada sesama manusia adalah salah satu upaya manusia untuk dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya. Mau tidak mau ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan membatasi cinta pada ego.

Rasa cinta kepada sesama manusia oleh Steve Jobs dapat terlihat pada saat Steve Jobs menyumbangkan sejumlah dana yang fantastis untuk membantu kemanusiaan. Namun Steve dan istrinya Laurene Powell Jobs melakukan hal ini secara diam-diam dan rahasia, sehingga wajar jika banyak khayalak ramai tidak mengetahuinya, sekalipun sang penulis biografinya Walter Isaacson. Hal ini baru terungkap saat sang istri mengumumkan pekerjaan yang telah mereka lakukan bersama dalam meningkatkan taraf hidup manusia dan membantu sesama.

Dikutip dari DailyMail, diketahui juga, bahwa pendiri Apple tersebut telah mendonasikan kekayaannya sebesar 50 Juta US Dollar kepada rumah sakit di California dan untuk mendanai riset AIDS dan HIV, uang yang disumbangkan ini berasal dari kantong Steve sendiri / kekayaan pribadi.

Dalam wawancaranya, sang istri mengatakan jika mereka tidak suka mengumumkan dan menuliskan nama saat melakukan kegiatan kemanusiaan, dan mereka melakukan segala cara yang mereka bisa lakukan untuk kebaikan, sungguh perbuatan yang mulia sekali.

Sikap yang diambil Jobs memang kontras terhadap para pebisnis lain, dimana dia tidak suka menarik perhatian publik untuk tujuan mulia ini, dan dia mungkin merasa nyaman dengan melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain dan masyarakat.

Cinta Seksual
Cinta juga erat kaitanya dengan dorongan seksual, cinta seksual adalah cinta yang didasarkan atas dorongan untuk memperoleh keturunan demi kelangsungan hidup keluarga. Faktor cinta seksual lah yang merupakan dorongan terbentuknya keluarga.

Jobs menikahi Laurene Powell pada tanggal 18 Maret 1991. Pemimpin upacaranya adalah bhiksu Buddha Zen, Kobun Chino Otogawa. Keduanya dikaruniai seorang putra dan dua putri. Jobs juga memiliki seorang putri, Lisa Brennan-Jobs (lahir 1978), dari hubungannya dengan pelukis asal Wilayah Teluk San Francisco, Chrisann Brennan. Chrisann Brennan sempat membesarkan putrinya sendiri ketika Jobs menolak bertanggung jawab. Tetapi Jobs kemudian mengakui tanggung Lisa sebagai anaknya sebagai tanggung jawabnya.

Cinta kebapakan
Para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa Ikatan antara anak dengan bapak itu adalah ikatan Psikis. Dorongan ini Nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka adalah sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia.

Steve Jobs bukanlah manusia yang sempurna, beliau pernah tidak mengakui anak kandungnya sendiri. Terdengar mengerikan yah? tetapi di akhirnya hayatnya, Jobs mengatakan kepada Christian Brennan (Ibu kandung lisa) ucapan terima kasih dan cinta yang telah dibagi di masa lalu. Termasuk sang buah hati, Lisa Brennan-Jobs. 

Steve Jobs melalui majalah Times diceritakan beliau bukanlah sesosok bapak yang baik, hal ini terungkap pada kutipan Jobs: ”Aku ingin anak-anaku mengenalku," ungkap Walter mengenang ucapan Jobs, dalam sebuah tulisan penghormatan untuk majalah Time. "Saya tidak selalu ada di sana untuk mereka dan saya ingin mereka tahu mengapa dan memahami apa yang saya lakukan."

C. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Kasih sayang juga merupakan kunci kebahagian. Kasih sayang dapat menjadi dasar komunikasi dalam suatu keluarga.

Disini sekali lagi Jobs adalah contoh ayah yang buruk, kasih sayang terhadap anaknya dinilai kurang, Jobs dapat dinilai sebagai peberi cinta kasih Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif. 

Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Maksudnya adalah jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatkan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa carannya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.

Hal ini dapat terlihat dari kutipan biografi Steve Jobs karya Walter Isaacson. Hubungan Jobs dengan Reed (anak laki-lakinya) bertumbuh erat, tetapi dengan para putrinya Jobs kerap menjaga jarak. Seperti sikapnya pada orang lain, sesekali Jobs akan memusatkan perhatian pada mereka, tetapi kerap kali juga mengabaikan mereka saat ada hal lain yang tengah dipikirkannya. "Dia memusatkan perhatian pada pekerjaan sehingga ada saat-saat dia tak bisa hadir untuk para putrinya," ujar Istrinya. Pada tahap ini, Jobs menyatakan keheranannya pada Istrinya betapa anak-anak mereka tumbuh baik, "padahal kita kan tak selalu ada untuk mereka."Pernyataan menggelikan ini sedikit mengusik sang istri karena sejak Reed berusia dua tahun, istrinya memutuskan untuk berhenti bekerja dan memiliki anak lagi.

Meski begitu, ada hal baik yang menarik pada cerita tahun 1995, saat CEO Oracle, Larry Ellison menggelar pesta ulang tahun Jobs yang ke-40 dengan mengundang sejumlah orang penting dan tokoh di bidang teknologi. Ellison menjadi teman dekat Jobs, dan pria ini kerap mengajak keluarga Jobs untuk bersenang-senang pada sejumlah kapal pesiar mewah miliknya. Reed pun mulai menyebut Ellison sebagai "teman kami yang kaya", yang menjadi bukti betapa Jobs menahan diri untuk tidak pamer harta. Pelajaran yang dipetik Jobs dari ajaran Buddhanya adalah hasrat kebendaan kerap kali justru mengacaukan hidup, ketimbang memperkayahidup. "CEO lain yang kukenal memiliki pasukan pengamankhusus," ujar Jobs. "Mereka bahkan menyewa pasukan pengaman tersebut di rumah. Bagiku, hidup seperti itu sinting. Kami memutuskan bahwa bukan itu cara yang kami inginkan untuk membesarkan anak-anak karni." 


D. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan adalah hubungan yang akrab, baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.

Hubungan Jobs dengan keluarga bisa dibilang dingin, pada Februari 2010, Jobs merayakan ulang tahunnya yang kelima puluh lima hanya dengan keluarganya. Dapur didekorasi dengan pita dan balon. Anak-anaknya memberikannya mahkota mainan merah hati. Lalu, dia mengenakannya. Sekarang, setelah sembuh dari penyakitnya, Istrinya berharap agar dia dapat bersikap lebih perhatian kepada keluarganya. Namun, ternyata dia justru memfokuskan diri pada pekerjaannya. "Saya rasa, berat bagi anak-anak, terutama putri-putri kami,"jelas sang istri. 

"Steve tidak memiliki keluwesan dalam bersosialisasi, misalnya menempatkan diri pada posisi orang lain, tetapi dia sangat peduli dengan pemberdayaan serta kemajuan umat manusia, dan menghadirkan alat yang tepat yang dapat mendukung kepeduliannya tersebut." 

F. Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. 

Jobs pada dalam biografinya menunjukan bahwa dia bukanlah orang yang gemar beribadah untuk memuja Tuhan, bahkan kebiasaan beribadah ke gereja berakhir saat dia berusia 13 tahun. Tetapi, dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari dan berusaha mempraktikkan ajaran Zen Buddha. Beberapa tahun kemudian, ketika sedang memikirkan sisi spiritualnya, Jobs mengatakan bahwa dia menganggap agama yang terbaik adalah agama yang menekankan pada pengalaman spiritual, bukannya menerima dogma. "Inti dari ajaran Kristen hilang ketika agama tersebut terlalu didasarkan pada keyakinan, bukan pada cara hidup seperti Yesus, atau memandang dunia seperti cara Yesus memandangnya,". "Menurutku, berbagai agama yang berbeda merupakan pintu yang berbeda untuk menuju ke rumah yang sama.Terkadang, menurutku rumah itu ada, dan terkadang rumah itu tidak ada. Itulah misteri terbesarnya." 


F. Belas Kasihan
Belas kasihan dapat diartikan bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita orang lain.
Hal ini dapat terlihat di diri Jobs, banyak orang yang mengira Jobs tidak mau beramal, padahal itu salah. Steve Jobs adalah pribadi yang tidak mau memamerkan hartanya dan amalannya. Karna sangat tertutup bahkan tak ada yang menyebutnya sebagai dermawan layaknya Bill Gates bos Microsoft, yang seorang filantropi. Jobs bahkan kerap dihujani kritik, dianggap pelit dan tak peduli dengan kegiatan kemanusiaan.
Anggapan itu sama sekali tak benar. Bersama istrinya, Laurene Powell Jobs, ia menyumbangkan jutaan dolar. Secara diam-diam, tanpa ada orang yang tahu. Saking tertutupnya, mungkin tak enak, Jobs bahkan tak pernah mengutarakannya pada penulis biografinya sendiri.

Apa yang selama ini disembunyikan Jobs hingga liang kuburnya, diungkap oleh sang istri. Kali pertamanya, Lauren menyinggung soal amal dalam sebuah wawancara dengan New York Times. “Kami sangat berhati-hati saat memberi dukungan pada kerja besar dan mulia orang lain, sebisa mungkin. Kami tak suka melampirkan nama kami (sebagai penyumbang) pada apapun,” kata Laurene seperti dimuat Perth Now, Minggu (26/5/2013).

Jobs dilaporkan mendonasikan US$ 50 juta atau Rp 488 miliar dari koceknya sendiri untuk sejumlah rumah sakit di California. Menurut penerusnya, Tim Cook, uang itu digunakan untuk membangun pusat kesehatan anak dan membangun bangunan utama rumah sakit.

Juga baru terungkap bahwa Jobs secara murah hati mengucurkan banyak uang untuk kegiatan melawan AIDS. Dan hebatnya, Jobs tetap diam soal apa yang telah ia berikan untuk amal, meski serangan dan tudingan gencar dialamatkan padanya.

Pada 2001 lalu, artikel New York Times mengklaim, tak ada catatan yang menyebut pendiri Apple itu menyumbangkan uang untuk amal. Saat Jobs tak bereaksi, tak mencoba mengklarifikasi, salah satu temannya, Bono — vokalis U2 menulis bahwa dana yang diberikan Apple pada penelitian HIV “luar biasa berharga”. Ia tak menyebut nama Jobs saat itu.

Sosok lain Steve Jobs kembali terkuak: seorang rendah hati yang tak menganggap kegiatan amal sebagai bagian dari pencitraan.


_
2. Steve Jobs : Manusia dan Keindahan
Sebelum mengulas lebih jauh tentang hubungan Jobs dengan Manusia dan Keindahan ada baiknya kita mengetahui apa itu Keindahan. 

A. Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan merupakan bagian hidup manusia dan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.

Keindahan dalam arti yang luas
Steve Jobs adalah seorang yang sangat menyenangi keindahan, hal ini terlihat jelas saat Jobs membuat produk bersama karyawannya, berikut adalah kutipan dari biografi Steve Jobs tentang keindahan akan seni, keindahan akan desain yang bercampur dengan keindahan intelektual.

Desain bukan hanya soal tampilan luar suatu produk. Desain hams mencerminkan esensi produk tersebut. "Menurut pemahaman sebagian besar orang, desain berarti polesan, kata Jobs kepada Fortune tidak lama sesudah dia kembali memegang komando Apple. Tetapi, bagiku, itu jauh sekali dari pengertian desain sesungguhnya. Desain adalah roh fundamental dalam kreasi manusia, yang akhirnya terejawantahkan pada lapis-lapis luarnya." 

Oleh karena itu, proses desain produk di Apple secara integral berhubungan dengan proses rekayasa dan manufakturnya. Ive menggambarkan salah satu Power Mac keluaran Apple, "Kami ingin menyingkirkan semua yang tidak benar-benar esensial." Katanya, "Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dari semua pihak: desainer, pengembang produk, ahli rekayasa, dan tim perakit. 


B. Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori, teori tersebut adalah: teori pengunkapan, teori metafisik dan teori psikologik.

Teori Metafisik
Menurut Arthur Schopenhauer (1788-1860) seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah keinginan yang sementara. Dunia obyektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari keinginan itu. Selanjutnya ide-ide itu mempunyai perwujudan sebagai benda-benda. Tapi ada pengetahuan yang lebih tinggi kedudukannya, yakni yang diperoleh bilamana pikiran diarahkan kepada ide-ide dan merenungkannya demi ide-ide itu sendiri. Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlah karya seni. 

Seniman besar adalah orang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda disekelilingnya, dan sampai pada maknanya yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya hal ini terlihat dari hubungan antara desain produk, esensinya, dan perakitannya diilustrasikan oleh Jobs dan Jhony Ive ketika mereka bepergian ke Prancis dan masuk ke toko perlengkapan dapur. 

Ive memungut sebilah pisau yang dia kagumi, tetapi kemudian meletakkannya dengan kecewa. Jobs berbuat serupa. "Kami berdua melihat secuil kecil lem di antara gagang dan bilah," kenang Ive. Mereka membicarakan betapa desain pisau yang bagus telah dirusak oleh caranya dirakit. "Kami tidak suka membayangkan pisau yang dilem," kata Ive. "Steve dan aku memedulikan hal-hal semacam itu, yang memsak kemurnian dan tidak sejalan dengan esensi suatu perlengkapan. Kami berdua sependapat bahwa produk harus dibuat supaya tampak mulus dan tak bercela." 

C. Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.

Steve Jobs melalui tangan dinginnya membuat keserasian dari kolaborasi dari semua pihak: desainer, pengembang produk, ahli rekayasa, dan tim perakit. dengan keserasian itulah beliau dapat membuat sebuah produk yang sukses besar dipasar. Hingga akhir hayatnya, Apple kini semakin menjadi perusahaan paling berpengaruh di ranah teknologi.


_



3. Steve Jobs : Manusia dan Penderitaan

A. Pengertian Penderitaan 
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra, yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa lahir atau batin, atau lahir batin.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia, penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupaka resiko hidup. Steve Jobs, juga pernah mengalami penderitaan, salah satunya adalah beliau mengalami penderitaan akan penyakit kanker, tanda-tanda awal kanker menyebabkan rasa sakit pada diri Jobs. 

Morfin dan obat penghilang rasa sakit lainnya yang dia konsumsi justru menyebabkan nafsu makannya semakin lenyap. Sebagian pankreasnya telah diangkat dan hatinya pun telah diganti, dengan begitu sistem pencernaannya tidak lagi sempurna dan kesulitan dalam menyerap protein. 

Kehilangan berat badan membuatnya lebih sulit untuk memulai terapi obat yang agresif. Tubuhnya yang mengurus juga membuatnya lebih mudah terkena infeksi, begitu pula dengan obat penekan imunitas yang kerap dia konsumsi untuk menjaga agar tubuhnya tidak menolak transplantasi hatinya. 

Turunnya berat badan mengurangi lapisan lipid di sekitar penerima rasa sakitnya, dan itu membuatnya jauh lebih menderita lagi. Suasana hatinya cenderung berubah-ubah dengan ekstrem, ditandai dengan amarah dan depresi yang berkepanjangan,yang semakin menurunkan nafsu makannya.

B. Siksaan 
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.

Steve Jobs tersiksa oleh adanya penyakit kanker yang mengerogoti tubuhnya. Semenjak Juli 2011, kanker menyerang persendian serta beberapa bagian lain dari tubuh Jobs.Tim medis kesulitan untuk menemukan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Dia merasa tersiksa, lemah, dan kehilangan semangat bekerja.

C. Kekalutan Mental 
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.

Sel kanker dalam tubuh Jobs bukan hanya menyerang fisik, namun juga mental, ini membuatnya jauh lebih menderita lagi. Suasana hatinya cenderung berubah-ubah dengan ekstrem, ditandai dengan amarah dan depresi yang berkepanjangan, yang semakin menurunkan nafsu makannya.

Selama bertahun-tahun, masalah Jobs dengan nafsu makan diperburuk dengan sikap psikologisnya mengenai makanan. "Aku ingin dia memaksa dirinya sendiri untuk makan," ujar Powell, sang istri, dan suasana di rumah menjadi sangat tegang.

D. Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan rnenghindari atau menghilangkan sama sekali.

Steve Jobs dan keluarga sangat berjuang untuk melawan kanker yang diderita Jobs, bahkan tim dokter yang menangani Jobs, telah dapat membawa Jobs selangkah lebih maju dalam menghadapi kankernya. Dia menjadi satu dari dua puluh orang pertama di dunia yang seluruh gen tumor kanker dan juga DNA normalnya disusun ulang. Sebuah proses yang saat itu, memakan biaya lebih dari seratus ribu dolar Amerika. 

Penutup

Well, setiap manusia pasti ada sisi baik dan sisi buruknya, akan tetapi jangan ambil sisi buruk mereka untuk penilaian Anda, ambilah sisi baik mereka dan pikirkan apa yg telah mereka lakukan untuk Anda dan kepentingan orang banyak. Saya berharap dengan pembahasan menganai Steve Jobs dengan Cinta Kasih, Keindahan, dan Penderitaan, kita bisa belajar untuk lebih berterima kasih atas nikmat yang telah dianugerahi kepada kita saat ini, dan selalu bersyukur.

Sebagai penutup berikut ada Kata-Kata Terakhir dari sang mendiang Jobs,  Terjemahan Bebas dari Last Words (Kata-Kata Terakhir):

Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan. Karena selain kerja, hobiku tak banyak.
Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku: kekayaan, nama, kedudukan… Semuanya itu tidak ada artinya lagi.
Malam yang hening, cahaya & suara mesin di sekitar ranjangku, bagai nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.
Sekarang aku mengerti. Seseorang, asal memiliki harta secukupnya buat diri gunakan, itu sudah cukup.
Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.
Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah. Itu hanya ilusi saja.
Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itu lah yang bisa memberiku kekuatan & terang.
Ranjang apa yang termahal di dunia ini?
Ranjang orang sakit.
Orang lain bisa membukakan pintu mobil untukmu. Orang lain bisa bekerja untukmu. Tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu.
Barang hilang bisa di dapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali.
Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa betapa berharganya kesehatan itu.Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat akan sampai tujuan.Bagaikan panggung pentas. Tirai panggung akan tertutup. Pentas telah berakhir.
Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri dan juga kasih persahabatan antar teman…



Sumber:



Nama Steve Jobs sebagai pendiri Apple telah melahirkan gelombang pengikut yang cukup besar. Bagi banyak orang, Steve adalah manusia yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi) hal ini tercermin dari terkenalnya Steve Jobs sebagai inovator teknologi, bahkan ada yang menyebut dia adalah seorang disruptor. Ada pula yang menyebutnya sebagai seorang filsuf. 

Jasad steve yang dimakamkan di Alta Mesa Memorial Park, namun sangat melekat di ingatan tentang Ego dan kepribadian beliau yang inspirasional, tentang perkembangan teknologi dan Inovasi yang kini ada, tidak terlepas berkat inovasi beliau, jika mungkin Apple tidak meluncurkan produk iPod touch dengan fitur multitouchnya, mungkin saat ini ponsel ber-keyboard masih merajai pasar teknologi selular.

Steve terbukti telah menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan menjadikan Apple sebagai perusahaan disruptif, keberadaan Apple memang menganggu dan merusak pasar yang sudah ada. Disini yang ingin saya tekankan dan menjadi pengantar dalam tulisan ini adalah: disruptif itu nyata. Ia bisa datang tiba-tiba. Tanpa kompromi, menggerogoti bisnis, hingga mengubah cara kita menjalani bisnis itu. Dan, strategi disruptif itulah yang juga dilakukan oleh Steve Jobs.

Ketertarikan saya pada Steve Jobs dimulai sejak lima tahun lalu. Meski saya tidak pernah mengenalnya secara pesonal (ya iyalah), tapi saya melihatnya dari video-video persentasinya di YouTube, serta dari buku-buku mengenai sosoknya.

Salah satu buku mengenai Steve Jobs yang paling menarik bagi saya adalah "Dillema The Innovator", karya profesor Harvard Business School Clay Christensen. Padahal buku ini bukan bercerita mengenai biografi Jobs, melainkan hanya buku bisnis yang mengupas soal Steve Jobs.

Ketika buku itu menceritakan periode kepergian sementara Steve Jobs dari Apple, dan posisinya sempat diambil alih John Sculley, terungkap bahwa salah satu akar masalah mendasar dari Apple adalah soal mission. Di tangan John, Apple bertekad meraih keuntungan berlipat-lipat sebagai prioritas utama perusahaan, ketimbang menciptakan produk yang sesuai passion dan perasaan intelektual sang pendiri.


"Passion saya adalah membangun sebuah perusahaan abadi di mana orang-orang termotivasi untuk membuat produk yang hebat. Produk adaah motivasi, bukan keuntungan," kata Steve Jobs dalam buku itu.

Tentu, sebagai perusahaan, kita selalu mengharapkan keuntungan (profit). Namun, bagi Jobs, itu saja tidak lah cukup! Saat John Sculley mengambil alih kendali perusahaan, modal perusahaan hanya bisa bertahan 90 hari kerja. Dengan kata lain, Apple akan bangkrut dalam tiga bulan lagi.



Siapa yang tega melihat perusahaan yang didirikan dari secercah mimpi-mimpi hancur  begitu sjaa. Steve Jobs tak mau itu terjadi. Namun, ketika Jobs kembali, ia benar-benar membalikkan keadaan perusahaan. Dengan Kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious) Steve mampu menyampaikan gagasannya sehingga dengan mudah diterima oleh seluruh karyawannyaDia tahu, perusahaan harus mencetak uang untuk tetap bertahan hidup. Akan tetapi, keyakinan/gagasan Jobs tidaklah berubah. Laba dipandangnya sebagai kebutuhan, akan tetapi tidak cukup untuk menjadikannya sebagai tujuan Apple.

Sikap semacam ini sulit terlihat pada hampir setiap perusahaan Fortune 500 lainnya. Seorang eksekutif yang pernah bekerja di Apple dan Microsoft menggambarkan perbedaan kebudayaan (mencakup kepercayaan serta kebiasaan dan cara berfikir) antar kedua peruusahaan sebagai berikut: "Cara kerja Microsoft yaitu mencoba menemukan kira-kira celah apa yang ada untuk mencetak pendapatan. Setelah itu, barulah mencari apa yang harus dibuat.

Sedangkan Apple sebaliknya. Steve selalu berpikir untuk menciptakan produk yang besar terlebih dahulu, kemudian menjual mereka ke pasar. Perkara sukses atau tidak produk itu, hanya persoalan lain. Toh, sampai saat ini, produknya sukses-sukses saja kan.

Misi pun tak hanya bisa dijalankan oleh Steve Jobs seorang. Tentu saja, Jobs membutuhkan sistem organisasi kemasyarakatan, yakni membutuhkan dukungan karyawan yang bekerjasama sehingga bisa mewujudkan mimpi-mimpi perusahan itu. Para pekerja Apple benar-benar orang pilihan yang bekerja untuk menjaga nilai-nilai dari misi perusahaan Apple itu. Dan mereka bangga dengan hal tersebut.

"Tidak peduli seberapa besar Anda, jika Anda tidak bisa menyampaikan misi perusahaan, Anda harus keluar", begitulah kurang lebih wanti-wanti Steve Jobs kepada seluruh karyawannya. Seorang mantan manajer produk Apple sempat memberikan testimoninya mengenai Apple seperti berikut ini.

"Anda memiliki keistimewaan bekerja untuk perusahaan yang membuat produk-produk yang paling keren di dunia. Diam dan lakukan pekerjaan Anda. Mungkin Anda bisa bertahan di sini." Itulah kompleksitas gagasan dan konsep yang ditanamkan Apple pada karyawan-karyawan barunya.

Lihat, semua hal, dari bisnis, orang-orang di dalamnya hingga kompleks aktivitas karyawan tunduk kepada satu misi perusahaan, yaitu menciptkan produk yang hebat. Apple tidak seperti perusahaan lainnya yang banyak mendengarkan pelanggan dan mengabulkan keinginan mereka. Apple justru memecahkan masalah pelanggan, tanpa diminta terlebih dahulu. Bahkan, kadang pelanggan tidak menyadari apa yang mereka inginkan.

Dengan fokus pada produk yang dicita-citakan, Apple telah melakukan disruptif terhadap hampir segala macam market dalam kategori teknologi. Ketika Mac pertama kali dirilis pada tahun 1984 dan mengusung konsep tampilan grafis yang senada dengan Hakekat karya yang dimiliki Steve Jobs, keberadaannya mengguncang pasar DOS yang saat itu berbasis teks. Hal tersebut memaksa Microsoft untuk mengikuti jejak Apple agar tetap relevan. Sekarang, user interface dengan tampilan ikon-ikon grafis menjadi "norma" bagi semua PC. Karyanya yang menciptakan user interface tersebut memberikan kedudukan dan kehormatan bagi Apple.

Pada awal tahun 2000-an, terjadi perubahan kebudayaan di dunia musik yang dilakukan oleh AppleApple "membalik" pasar musik dengan memperkenalkan iPod, sebuah piranti yang memudahkan orang untuk mengakses, membeli dan memutar musik dalam perjalanan. Keberadaan iPod dianggap tepat, mengingat industri musik konvensional (berbasis CD dan kaset) tidak bisa menghadang derasnya pembajakan musik. Sekarang, hanya dengan mengaksesnya secara online, kita bisa mendapatkan lagu berformat MP3.

Kemudian pada tahun 2007, Apple juga menganggu pasar telepon seluler lewat iPhone. Ketika semua pemain saat itu sibuk mengkalim dirinya sebagai ponsel cerdas, Apple hadir untuk meredefinisi ponsel cerdas dengan benar-benar menawarkan OS yang berbeda dari yang lain.

Lalu, pada tahun 2010, Apple memperkenalkan iPad. Idenya adalah untuk merancang kembali koputer pribadi yang bisa dibawa kemana-kemana. Sekarang iPad telah menjadi kekuatan yang mengganggu dinamika dan nasib industri PC tradisional. Berkat iPad -dan juga merek tablet lainnya-, penjualan laptop sempat turun 10% pada tahun 2012.

Sifat mengganggu Apple tidak diprediksi oleh siapa pun kecuali oleh Steve Jobs, Eksternalisasi (proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya) yang dilakukan Steve Jobs yakni gagasan perusahaan tentang bekerja bukan untuk memaksimalkan keuntungan seanyak-banyaknya. Tetapi sebaliknya, ia terlebih dahulu menciptakan nilai bagi pelanggan sebagai prioritas. Sebab, jika hati pelanggan sudah direbutnya, mereka akan lebih loyal dan menjadi pembela (advocate) dari merek Apple itu sendiri.

Jika merek Apple diserang kompetitor lain, konsumennya tak segan-segan untuk membela Apple. Itulah mengapa saya sebut. Steve Jobs berhasil mencetak banyak pengikut.


Terlepas dari kontroversi gaya hidupnya yang katanya aneh, Steve Jobs adalah manusia yang yakin bahwa kekuatan merek terletak pada misi (nilai agung) yang dimilikinya. Dari perusahaan yang hampir bangkrut, Steve Jobs berhasil mengubahnya menjadi salah satu perusahaan yang paling berharga dan berpengaruh di dunia. Setidaknya sampai saat ini.


Referensi:

http://techland.time.com/2013/02/11/has-apple-finished-disrupting-markets/

Previous PostPostingan Lama Beranda